Tugas
Agen Penyakit
MICROBACTERIUM
LAPRAE
OLEH
MELKI
PATAMPANG
1310009
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA
YAYASAN
PENDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR
2015
A. Pendahuluan
a. Sejarah
Lepra
1. Zaman
purbakala
penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun sm. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di mesir, di india 1400 sm, istilah kusta yang sudah dikenal di dalam kitab weda, di tiongkok 600 sm, di mesopotamia 400 sm. Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat menjauhi penderita karena merasa jijik dan takut.
penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun sm. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di mesir, di india 1400 sm, istilah kusta yang sudah dikenal di dalam kitab weda, di tiongkok 600 sm, di mesopotamia 400 sm. Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat menjauhi penderita karena merasa jijik dan takut.
2. Zaman
pertengahan
kira-kira setelah abad ke 13 dengan adanya keteraturan ketatanegaraan dan sistem feodal yang berlaku di eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap penguasa dan hak asasi manusia tidak mendapat perhatian. Demikian pula yang terjadi pada penderita kusta yang umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab penyakit dan obat-obatan belum ditemukan maka penderita diasingkan lebih ketat dan dipaksakan tinggal di leprosaria/koloni perkampungan penderita kusta untuk seumur hidup.
kira-kira setelah abad ke 13 dengan adanya keteraturan ketatanegaraan dan sistem feodal yang berlaku di eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap penguasa dan hak asasi manusia tidak mendapat perhatian. Demikian pula yang terjadi pada penderita kusta yang umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab penyakit dan obat-obatan belum ditemukan maka penderita diasingkan lebih ketat dan dipaksakan tinggal di leprosaria/koloni perkampungan penderita kusta untuk seumur hidup.
3. Zaman
modern
dengan ditemukannnya kuman kusta oleh gerhard amaeur hansen pada tahun 1873, maka mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha penanggulangannya.
dengan ditemukannnya kuman kusta oleh gerhard amaeur hansen pada tahun 1873, maka mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha penanggulangannya.
c. Sifat
Mycobacterium
leprae, mempunyai 5 (lima) sifat penting yang perlu diketahui yaitu :
1. Merupakan organisme
obligat endogeous dan tidak bisa dibiarkan dalam media buatan
2. Sifat mengikat asamnya
dapat diekstraksi dengan pyridine
3. Mampu mengoksidasi zat
D–dihydroxy phenylalanine (D – DOPA)4.
4. Mengivansi sel schwan
dari system saraf tepi terutama di perineum
5. Permukaan membrane
mengandung phenolic glycolipid I (PGL-I) dan lipoarabinomannan (LAM) (Shimoji
Yang, 1999).
e. Cara
Penularan Kusta
Meskipun
cara penularannya yang pasti belum diketahui dengan jelas, penularan di dalam
rumah tangga dan kontak/hubungan dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan
dalam penularan kusta.
Cara-cara
penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang
diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput
lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta
adalah:
Melalui
sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Jika seorang
penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan menyebar ke
udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan
seseorang yang terinfeksi.
Infeksi juga
mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit
yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa).
Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Lepra paling
banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik.
Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan 30an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan 30an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
b. Morfologi
Mycobacterium
tuberculosis merupakan
kuman batang lurus atau agak bengkok, berukuran panjang 1 sampai 4 µ dan lebar
0,2 sampai 0,8 µ, dapat ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok. Kuman ini
merupakan bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak, tidak
berspora, dan tidak bersimpai. Pada pewarnaannya M. tuberculosis tampak
seperti manik-manik atau tidak terwarnai secara merata.
d. Habitat
Mycobacterium leprae
Kusta atau Hansen bacillus adalah bakteri asam-cepat
ditemukan terutama dalam sel mononuklear yang dimodifikasi disebut sel lepra,
di mana basil dalam jumlah besar dan dalam cluster yang menyerupai bungkus
rokok.
Patologi:
Kusta adalah kronis, onset berbahaya, dengan masa
inkubasi yang panjang (dari beberapa bulan sampai 30 tahun), menyebabkan luka
melumpuhkan dan menodai; basil kusta memiliki afinitas untuk kulit dan jaringan
saraf.
Lesi kulit penyakit ini ditandai dengan adanya
lepromas besar dan konsisten disebut node; ketika mereka muncul di wajah
menentukan singa yang fasies karakteristik. Kondisi saraf perifer menyebabkan
anestesi lokal, ketika disajikan di jari memfasilitasi produksi trauma kecil
yang menyebabkan infeksi sekunder dan cedera memutilasi; mungkin juga memiliki
resorpsi tulang.
W HAT: Pada latar belakang pasien, distribusi lesi dan
mengamati AFB, dengan pengelompokan khas, dari pisau bedah gesekan dengan
mukosa hidung atau biopsi kulit atau lobus telinga.
Pengobatan: dapson simultan selama berbulan-bulan dan
tidak ada aplikasi fampicina. Dalam M. leprae strain resisten terhadap dapson
clofazimine disarankan.
f. GAMBARAN KLINIK PENYAKIT
- Gambaran klinik yang jelas berupa kekakuan tangan dan kaki, clawing pada jari kaki, pemendekan jari, bahkan mudah terjadi perdarahan dan adanya makula dengan hilangnya rasa tusukan. (lihat gambar 2.3) (Bhopal, 2002). Keadaan tersebut merupakan penderita yang sudah lanjut dan sudah dipastikan lepra tanpa pelaksanaan diagnostik yang cukup.
- Bentuk keluhan bervariasi mulai dari keluhan anestesi di kulit, anesthesi pada tangan dan kaki. Kelainan pada kulit bisa berupa bercak kulit yaitu macula anaesthetica, penebalan kulit (papula atau plakat), nodula maupun ulcer. Pada saraf tepi biasanya timbul penebalan saraf yang disertai peradangan (neuritis).
- Umumnya ditemukan dalam 2 (dua) bentuk Pause basiler (PB) dan Multi basiler (MB) dan menurut WHO untuk menentukan kusta perlu adanya 4 (empat) kriteria yaitu :
- Ditemukannya lesi kulit yang khas.
- Adanya gangguan sensasi kulit.
- Penebalan saraf tepi.
- BTA positif dari sediaan sayatan kulit.
g. Literatur
https://ufonearth.wordpress.com/2012/03/25/lepra-sejarah-dan-pengobatannya/
http://analismuslim.blogspot.com/2012/02/mycobacterium-tuberculosis.html
http://pmkkebumen.blogspot.com/2012/06/mengenal-penyakit-kusta.html
http://bacterias1104eneo.blogspot.com/2011/11/mycobacterium-leprae.html
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/12/penyakit-kusta-lepra.html