Selasa, 09 Juni 2015

MICROBACTERIUM LAPRAE




Tugas Agen Penyakit
MICROBACTERIUM LAPRAE

OLEH
MELKI PATAMPANG
1310009


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA
YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR
2015







A.     Pendahuluan

a. Sejarah Lepra
1. Zaman purbakala
penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun sm. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di mesir, di india 1400 sm, istilah kusta yang sudah dikenal di dalam kitab weda, di tiongkok 600 sm, di mesopotamia 400 sm. Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat menjauhi penderita karena merasa jijik dan takut.
2. Zaman pertengahan
kira-kira setelah abad ke 13 dengan adanya keteraturan ketatanegaraan dan sistem feodal yang berlaku di eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap penguasa dan hak asasi manusia tidak mendapat perhatian. Demikian pula yang terjadi pada penderita kusta yang umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab penyakit dan obat-obatan belum ditemukan maka penderita diasingkan lebih ketat dan dipaksakan tinggal di leprosaria/koloni perkampungan penderita kusta untuk seumur hidup.
3. Zaman modern
dengan ditemukannnya kuman kusta oleh gerhard amaeur hansen pada tahun 1873, maka mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha penanggulangannya.

c. Sifat
Mycobacterium leprae, mempunyai 5 (lima) sifat penting yang perlu diketahui yaitu :
1.      Merupakan organisme obligat endogeous dan tidak bisa dibiarkan dalam media buatan
2.      Sifat mengikat asamnya dapat diekstraksi dengan pyridine
3.      Mampu mengoksidasi zat D–dihydroxy phenylalanine (D – DOPA)4.
4.      Mengivansi sel schwan dari system saraf tepi terutama di perineum
5.      Permukaan membrane mengandung phenolic glycolipid I (PGL-I) dan lipoarabinomannan (LAM) (Shimoji Yang, 1999).


e. Cara Penularan Kusta
Meskipun cara penularannya yang pasti belum diketahui dengan jelas, penularan di dalam rumah tangga dan kontak/hubungan dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularan kusta.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik.
Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan 30an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.



b. Morfologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman batang lurus atau agak bengkok, berukuran panjang 1 sampai 4 µ dan lebar 0,2 sampai 0,8 µ, dapat ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok. Kuman ini merupakan bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Pada pewarnaannya M. tuberculosis tampak seperti manik-manik atau tidak terwarnai secara merata.

d. Habitat Mycobacterium leprae
Kusta atau Hansen bacillus adalah bakteri asam-cepat ditemukan terutama dalam sel mononuklear yang dimodifikasi disebut sel lepra, di mana basil dalam jumlah besar dan dalam cluster yang menyerupai bungkus rokok.
Patologi:
Kusta adalah kronis, onset berbahaya, dengan masa inkubasi yang panjang (dari beberapa bulan sampai 30 tahun), menyebabkan luka melumpuhkan dan menodai; basil kusta memiliki afinitas untuk kulit dan jaringan saraf.
             
Lesi kulit penyakit ini ditandai dengan adanya lepromas besar dan konsisten disebut node; ketika mereka muncul di wajah menentukan singa yang fasies karakteristik. Kondisi saraf perifer menyebabkan anestesi lokal, ketika disajikan di jari memfasilitasi produksi trauma kecil yang menyebabkan infeksi sekunder dan cedera memutilasi; mungkin juga memiliki resorpsi tulang.
W HAT: Pada latar belakang pasien, distribusi lesi dan mengamati AFB, dengan pengelompokan khas, dari pisau bedah gesekan dengan mukosa hidung atau biopsi kulit atau lobus telinga.
Pengobatan: dapson simultan selama berbulan-bulan dan tidak ada aplikasi fampicina. Dalam M. leprae strain resisten terhadap dapson clofazimine disarankan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaeey8td3yJ5c27z9hzSfunlCfA7SeBxEgiotgb30jtM0tTG8yAX90NMr6r7arvu0xFDxVvg2faM4rTJNtn9SGU2CTxcgYVlGhTB_CWQkVw_GYYQliuDlB4hUBODGTs1kdAv2ZOpI8CcQ/s400/Nueva+imagen+%25285%2529.png

f. GAMBARAN KLINIK PENYAKIT
  • Gambaran klinik yang jelas berupa kekakuan tangan dan kaki, clawing pada jari kaki, pemendekan jari, bahkan mudah terjadi perdarahan dan adanya makula dengan hilangnya rasa tusukan. (lihat gambar 2.3) (Bhopal, 2002). Keadaan tersebut merupakan penderita yang sudah lanjut dan sudah dipastikan lepra tanpa pelaksanaan diagnostik yang cukup.
  • Bentuk keluhan bervariasi mulai dari keluhan anestesi di kulit, anesthesi pada tangan dan kaki. Kelainan pada kulit bisa berupa bercak kulit yaitu macula anaesthetica, penebalan kulit (papula atau plakat), nodula maupun ulcer. Pada saraf tepi biasanya timbul penebalan saraf yang disertai peradangan (neuritis).
  • Umumnya ditemukan dalam 2 (dua) bentuk Pause basiler (PB) dan Multi basiler (MB) dan menurut WHO untuk menentukan kusta perlu adanya 4 (empat) kriteria yaitu :
  1. Ditemukannya lesi kulit yang khas.
  2. Adanya gangguan sensasi kulit.
  3. Penebalan saraf tepi.
  4. BTA positif dari sediaan sayatan kulit.

g. Literatur
https://ufonearth.wordpress.com/2012/03/25/lepra-sejarah-dan-pengobatannya/
http://analismuslim.blogspot.com/2012/02/mycobacterium-tuberculosis.html
http://pmkkebumen.blogspot.com/2012/06/mengenal-penyakit-kusta.html
http://bacterias1104eneo.blogspot.com/2011/11/mycobacterium-leprae.html
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/12/penyakit-kusta-lepra.html






http://melkipatampang.blogspot.com/